Ilmu Budaya Dasar
Souraja/Rumah
Besar(Sulawesi Tengah)
Nama: Natharia Penta Aryani Br.B
Kelas: 1ia02
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman
yang semakin pesat, banyak sekali generasi muda yang mulai lupa tentang
berbagai macam suku bangsa dan adat-adat yang ada di Indonesia.Saat ini
generasi muda lebih tertarik dengan adat yang berasal dari luar negri,
contohnya saja saat ini banyak sekali film yang bertema kan India.Padahal di
Indonesia sendiri banyak sekali adat istiadat yang dapat dipelajari.Kali ini
saya akan mengambil contoh adat yang berasal dari Sulawesi Tengah, saya akan
membahas tentang rumah adatnya yang bernama Souraja/Rumah Besar.
Dengan perkembangan teknologi
yang sangat pesat saat ini kita dapat mengakses internet dengan mudah,maka dari
itu saya dapat memberikan informasi tentang Rumah adat yang berasal dari Sulawesi
Tengah ini, dengan membuat makalah ini akan memberikan kemudahan jika suata
saat nanti saya akan berkunjung ke Souraja atau bisa memberikan pengertian
tentang Souraja bagi para pembaca makalah saya ini.
1.2.Tujuan Penulisan
1.
Memberikan
informasi tujuan dari pembuatan rumah adat tersebut
2.
Sebagai
sosialisasi dan informasi tentang rumah adat dari Sulawesi Tengah
BAB II
TIPOLOGI
BANGUNAN
2.1.Pengklasifikasian Fungsi Ruangan
dalam Rumah Adat
Tujuan pembangunan rumah adat
adat Souraja selain sebagai tempat berlindung dan tempat tinggal ialah sebagai
tempat penjamuan para tamu-tamu terhormat dari bangsawan, bisa juga sebagai
tempat menginap para bangsawan atau para kerabat kerajaan.Rumah ini sangat
keramat mengingat yang dapat tinggal di rumah tersebut ialah para orang-orang
terhormat dan mempunyai kekuasaan yang tinggi
Sebelum
membahas tentang fungsi ruangan adat Souraja kali ini saja akan memberilan
sedikit penjelasn mengenai Rumah adat Souraja. Rumah adat ini berasal dari
Palu,Sulawesi Tengah rumah ini biasanya ditempati oleh para raja dan
keluarganya,rumah ini juga sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Pembangunan rumah ini atas
prakarsa Raja Yodjokodi pada sekitar abad 19 masehi.
Rumah adat Sou Raja
adalah bangunan panggung yang memakai konstruksi dari kayu dan dengan paduan
arsitektur bugis dan kaili. Luas keseluruhan Sou Raja adalah 32x11,5 meter.
Tiang pada bangunan induk berjumlah 28 buah dan bagian dapur 8 buah. Atapnya berbentuk
piramid segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang
dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan
belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko.
Berikut klasifikasi ruangan
Souraja:
1.
Gandaria
(Serambi)
Diruangan
ini berfungsi sebagai tempat ruang tunggu untuk tamu,biasa dilakukan para raja untuk menjamu para tamu penting.
Dibagian depan terletak anjungan sebagai tempat bertumpuhnya tangga yang
terdiri dari 9 anak tanggah dengan posisi saling berhadapan.
2.
Lonta Karavana (Ruang Depan)
Ruangan ini digunakan sebagai penjamuan atau
penerimaan tamu dan dulunya ruangan ini dibiarkan kosong tanpa adanya meja atau
kursi,cukup dengan membentangkan tikar atau onysa.Untuk kaum laki-laki biasanya
digunakan juga untuk pelaksanaan upacara adat. Fungsi lainnya yaitu digunakan
sebagai tempat tidur para lelaki.
3.
Lonta Tatangana (Ruang Tengah)
Ruangan
tengah ini difungsikan sebagai tempat musyawarah Raja beserta para tokoh-tokoh
adat dan di dalam ruangan ini terdapat dua kamar tidur untuk Raja.
4.
Lonta
Rarana (Ruang Belakang)
Ruangan
ini berfungsi sebagai tempat makan untuk Raja beserta keluarga.Ruangan ini juga
terdapat kamar untuk wanita dan para anak gadis,biasanya kamar untuk anak gadis
ditempatkan pada pojok belakang Lonta Rarana,agar mudah diawasi oleh orangtua
mereka.Selain itu ruangan ini juga digunakan untuk menerima kerabat dekat.
5.
Ruang
Dapur
Disini
terdapat sumur dan kamar mandi yang dibangun untuk tambahan lain di bagian
belakang rumah induk.Untuk menghubungkanrumah induk atau dapur dibuatkan
jembatan beratap disebut hambate.Dikolong dapur dibuatkan pagar berkeliling
sedangkan dibawah rumah induk dibiarkan terbuka terkadang dijadikan ruang
kerja/ pertukangan.Sedangkan loteng rumah dijadikan tempat menyimpan
benda-benda pusaka,atau barang-barang lainnya.
2.2. Filosofi dan Tradisi Kehidupan Suku
Filosofi rumah adat Souraja
adalah adalah rumah besar dengan pengertian mempunyai kelebihan dan kekeramatan
tersendiri.Karena fungsi rumah adat ini sebagai tempat tinggal para raja atau
bangsawan maka dari itu rumah adat ini dianggap keramat.Kekeramatan Souraja
diletakkan pada kekeramatan raja yang disebut dengan To Mannuru yaitu keturunan
dari langit.
Para keturunan raja atau bangsawan
suku Kaili lah yang dapat menempati rumh adat Souraja tersebut.Mata pencaharian
suku Kaili adalah bercocok tanam,
sedangkan masyarakat suku Kaili lainnya yang tinggal didaerah sekitar pesisir pantai sebagai nelayan dan juga
bercocok tanam. Makanan pokok suku ini adalah nasi, tapi jika sedang musim
paceklik mereka memakan jagung yang dijadikan nasi jagung.Dulu sebelum masuknya
ajaran agama suku Kaili menganut animisme dengan menyembah nenek moyang dan
dewa sang Pencipta,dewa Kesuburan,dan dewa Penyembuhan.Agama Islam masuk ke
suku Kaili setelah datangnya seorang ulama Islam yang bernama Abdul Raqi yang
berasal dari Minagkabau beliau lebih dikenal dengan nama Dato Karama. Hubungan
sosial dan kekerabatan suku Kaili sangat tiggi ini dapat dibuktikan dengan
adanya masyarakat suku Kaili yang saling bekerjasama dan bergotong royong,lalu
saat ada pesta perkawinan,kematian,dan juga kegiatan bertani.
Tradisi di suku Kaili ini sangat
beraneka ragam macam contohnya tradisi untuk perkawinan,tradisi dalam acara
kematian,tradisi saat sedang hamil,lalu pengobatan untuk ibu hamil,tradisi saat
massyarakay suku sedang sakit,khitanan untuk anak laki-laki.Pada dasarnya keberadaan
suku Kaili sebagai penduduk asli Sulawesi Tengah merupakan salah satu faktor
yang memperkaya khasanah kebudayaan, hukum adat, interaksi sosial, dinamika
politik, pembangunan ekonomi, dan pengembangan lingkungan sebagai suatu runtut
sistem nilai masyarakat yang berkesuaian dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Gambar 2.2.3. Baju Adat
2.3.
Hubungan Tipologi Bangunan dengan Filosofi Hidup Suku
Issu
konservasi energi pada saat ini banyak dipakai terutama dengan pemanfaatan
sistim pasif. Tidak hanya dalam satu hal saja tetapi dalam segala hal. Bangunan
rumah yang saya bahas yaitu arsitektur tradisional Suku Kaili (Saoraja)
terletak dipinggir pantai, orientasi memanjang dari Selatan-Utara tampak depan
bangunan menghadap Timur dengan arah angin dominan dari arah utara dan
mempunyai lingkungan yang tidak padat sehingga perolehan udara segar dapat
diperoleh dengan baik dan mempunyai bentuk geometri denah yang sederhana yaitu
bujur sangkar. Dengan peninggian bentuk panggung bisa mengalirkan udara secara
bebas serta memberikan temperatur yang nyaman dan selubung bangunan dengan
material lokal dapat memenuhi kenyamanan dalam bangunan dan penghematan energi.
Ini adalah salah satu konsep pengendalian lingkungan secara pasif untuk
penghematan energi yang relevan dengan kondisi lingkungan saat ini. Bangunan
Saoraja yang terletak di daerah Sulawesi tengah (Palu) yang mempunyai iklim
tropis lembab ini tergolong adaptif/responsif terhadap iklim setempat (Palu).
BAB III
KEARIFAN LOKAL
DALAM BANGUNAN
Kearifan lokal dalam rumah adat
souraja ini dapat dilihat dengan adanya kaligrafi huruf arab yang terdapat pada
pintu,jendela,ukiran dinding,loteng, lonta-karavana,
pinggira cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan
daun-daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan,
keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya. Ini menandakan bahwa agama
Islam lebih tercondong dalam suku Kaili. Dan di rumah adat Souraja ini terdapat
banyak ilmu untuk kita pahami makna tiap sudut ruangnya, dan mungkin kita dapat
mengambil contoh rumah adat Souraja tersebut bila kita ingin membangun
rumah.Tatanan ruangan di rumah adat Souraja ini sangat rapi dan mempunyai
fungsi tiap ruangnya, ini menandakan arsitektur suku Kaili dulu tidak kalah
hebat dengan para arsitektur dimasa sekarang.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari rumah adat
Souraja yang dapat ialah adanya suatu pengecualian yang dapat tinggal di rumah
adat tersebut ialah hanya seorang raja dan para kaum bangsawan.Dan terdapat
banyak budaya dan nilai-nilai positif yang dapat di ambil dari suku Sulawesi
Tengah ini yaitu suku. Kaili tentang sikap tenggang rasa dan jiwa sosial yang
tinggi serta dapat menjaga hukum-hukum adat yang harus dijunjung tinggi serta dipatuhi dan
dihormati.Pada dasarnya rumah adat Souraja ini hampir sama seperti rumah adat
panggung lainnya, dan hampir mirip dengan rumah adat panggung yang ada di
Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA:
http://dikadwijaya.blogspot.com/2014/11/tradisi-budaya-masyarakat-suku-kaili_15.html diakses tanggal 11 maret pukul
08.30
http://dunia-kesenian.blogspot.com/2014/10/rumah-adat-souraja-banua-oge-asal-palu.html diakses tanggal 11 maret pukul
13.00
http://www.geocities.ws/smkn_5palu/souraja.html diakses tanggal 11 maret pukul
14.00
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1130/rumah-adat-sulawesi-tengah diakses tanggal 11 maret
pukul14.20
http://dikadwijaya.blogspot.com/2014/11/tradisi-budaya-masyarakat-suku-kaili_15.html diakses tanggal 11 maret pukul
15.00
http://epulibrium.blogspot.com/2013/07/upacara-adat-pernikahan-lembah-kaili.html diakses tanggal 14 maret pukul
18.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kaili diakses tanggal 14 maret pukul
18.30
http://content.rajakamar.com/banua-mbaso-situs-sejarah-di-tanah-kaili-palu/ diakses tanggal 14 maret 19.00
0 komentar:
Posting Komentar