Ilmu Budaya Dasar
Suku
Pamona (Sulawesi Tengah)
Nama: Natharia Penta Aryani Br.B
Kelas: 1ia02
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan budayanya. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kekayaan budaya bangsa Indonesia sudah terkenal di seluruh penjuru dunia.
Mulai dari bahasa sampai pada kesenian khas Indonesia. Kekayaan budaya yang ada
merupakan warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya dan sepatutnyalah
masyarakat Indonesia menjaga serta melestarikannya.
Salah satu suku bangsa
yang ada di Indonesia ialah suku Pamona. Suku ini berada di wilayah Sulawesi
Tengah, tepatnya di Kabupaten Poso, dan tersebar pula di Kabupaten Morowali,
Kabupaten Tojo Una-una, bahkan sampai ke Sulawesi Selatan (Luwu Utara). Sampai
saat ini, suku Pamona masih tetap bertahan, dan masyarakatnya masih menjaga
warisan budaya dari nenek moyangnya, termasuk hukum adat atau norma-norma yang
berlaku dalam sistem adatnya,maka kali ini saya akan
membahas tentang suku Pamona di makalah saya.
1.2.Tujuan Penulisan
1.
Memberikan
informasi tentang suku Pamona
2.
Sebagai
penambahan wawasan budaya suku Pamona
BAB II
SEJARAH
/ ASAL-USUL
2.1 Asal-Usul Kehidupan Suku
Pamona
Asal kata Pamona diambil dari nama bukit bernama
Pamona di Tentena, suatu desa di pesisir utara danau Poso. Bukit tersebut
dinamai Pamona karena banyak ditumbuhi pohon Pamona. Di atas bukit tersebut
dibangun sebuah istana kerajaan. Raja yang berkuasa di daerah tersebut diberi
nama Raha Pamona, sesuai dengan nama bukit yang ditumbuhi banyak pohon Pamona.
Pohon ini juga tumbuh di sekitar istana raja. Lama-lama kerajaan ini besar
hingga meliputi negeri yang berada di sekitar danau Poso. Nenek Moyang Suku
Pamona berasal dari dataran Salu Moge (luwu Timur). Karena berada di atas
gunung yang jauh dari pusat pemerintahan, sehingga mereka diturunkan oleh Macoa
Bawalipu mendekati pusat pemerintahan, yaitu di sekitaran wilayah Mangkutana
(luwu Timur).
Suku
ini menggunakan Bahasa Pamona dalam
komunikasinya. Bahasa ini merupakan rumpun dari bahasa Malayo-Polinesia dan
turun ke bahasa Kaili-Pamona. Bahasa Pamona hanya memiliki ragam lisan saja,
tidak memiliki ragam tulisan atau aksara. Tahun 1912 bahasa Pamona pernah
diteliti, dan bahasa ini kemudian disebut dengan bahasa Bare’e. dari hasil penelitian
tersebut, bahasa Pamona sekelompok dengan bahasa Napu, Besoa, dan Ledoni.
Penuturan Bahasa Pamona dipakai oleh sebagian besar suku yang mendiami daerah
Poso.
Di Poso Provinsi Sulawesi
Tengah, terdapat berbagai macam suku. Namun suku yang mendominasi wilayah Poso
adalah suku Pamona. Makanya, kadang suku Pamona disebut juga dengan suku Poso
atau orang Poso. Padahal suku Poso tidak ada, yang ada hanyalah wilayah Poso
yang didiami oleh sebagian besar suku Pamona.
Suku
Pamona sebagian besar menganut agama Kristen. Agama ini masuk daerah sekitar
100 tahun yang lalu dan sampai sekarang diterima sebagai agama rakyat. Saat ini
semua gereja-gereja yang sealiran dengan gereja ini bernaung dibawah naungan
organisasi Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) yang berpusat di Tentena,
kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Seperti halnya dengan
suku-suku lain seperti Batak, Toraja dan lainnya, suku Pamona juga menggunakan
marga untuk mengikat kekerabatan satu darah. Misalnya marga Torau, Awundapu,
Banumbu, Bali'e, Baloga, Belala, Betalino, Beto, Botilangi, Bulinde,
Bungkundapu, Bungu, Buntinge, Dike, Dongalemba, Gilirante, Gimbaro, Gugu,
Gundo, Kampindo, Kambodji, Kalembiro, Kalengke, Karape, Karebungu, Kayori,
Kayupa, dan masih banyak lagi.
Suku Pamona memiliki
pakaian adat yang sangat unik. Sebutan pakaian adat suku asli Poso adalah Tuana
Mahile. Pakaian adat asli Pamona terbuat dari kulit kayu yang di sebut dengan
Kaliken. Tidak sembarang kulit kayu untuk membuat pakaian adat tersebut, mereka
mengambilnya dari pohon-pohon yang berada di sekitar pegunungan dan masih
sangat alami. Pakaian tersebut hanya bisa digunakan pada saat pernikahan dan
penyambutan tamu karena hasil tekstil pakaian tersebut mudah rusak jika terkena
air. Namun, seiring dengan berjalannya waktu pakaian tersebut sudah hampir
punah karena untuk pembuatan baju adat tersebut sangat lama. Sehingga sekarang
di gunakan pakaian adat yang terbuat dari kain khusus dan di hiasi dengan
manik-manik yang berwarna-warni.
Tarian adat tradisional Poso yang sangat terkenal yaitu
tarian dero. Tarian ini merupakan tarian suku Pamona. Tarian ini melambangkan
sebuah ungkapan sukacita masyarakat Poso terutama suku Pamona. Tarian ini di
laksanakan di tempat yang luas karena seluruh peserta yang melakukan tarian ini
masyarakat itu sendiri tanpa memandang status sosial, umur dan gender. Tarian
ini merupakan tarian massal dan melibatkan seluruh masyarakat. Tarian ini
sangat sederhana dan mudah untuk di pelajari. Hanya berdampingan dan bergandeng
tangan kemudian melakukan hentakan sekali ke kiri kemudian dua kali ke kanan
dan mengikuti alunan lagu yang nyanyikan oleh penari dero. Alat musik yang di
gunakan untuk mengiringi tarian tersebut adalah ganda (seperti gendang) dan
nggongi (gong). Tarian ini sering di lakukan saat acara pernikahan dan acara
besar adat lainnya.
Gambar 2.1.1 Pakaian adat asli
Gambar
2.1.2 Pakaian adat sekarang
2.2 Filosofi Kehidupan Suku Pamona
Terdapat 2 Filosofi yang dapat diambil dari suku
Pamona serta dihubungkan dengan sejarahnya ialah Sintuwu Maroso Tuwu
Malinuwu,Tuwu Siwangi merupakan kata-kata yang biasa dipakai oleh orang tua
zaman dahulu.Sintuwu Maroso mengandung makna jika kita harus bersatu maka kita
kuat,mampu melakukan kegiatan seberat apapun.Tuwu Malinuwu mengandung makna
hidup yang berkembang biak dengan baik dan Malinuwu diibartkan dengan orang
yang berternak, ternaknya tumbuh dengan baik dan tidak terkena penyakit.
Tuwu
Siwangi dimaknai dengan adanya kesatuan keutuhan,kebersamaan, yang artinya kita
dapat bersama-sama meengapai kehidupan yang lebih baik. Dalam Malinuwu
mengandung makna dalam menjalani hidup tidak ada keributan dan perselisihan.
Sehingga untuk memaknai filosofi ini tidak dapat diterjemahkan satu per satu
tapi saling berkaitan satu dengan lain.
BAB III
TRADISI
SUKU
3.1 Tradisi yang Terdapat pada
Suku Pamona
Tradisi yang paling sering dijumpai pada suku Pamona
ialah tradisi Katiana , yaitu upacara selamatan kandungan pada masa hamil yang
pertama seorang ibu. Upacara Katiana ini biasanya dilakukan apabila kandungan
itu sudah berumur 6 atau 7 bulan, saat kandungan dalam perut sang ibu sudah
mulai membesar. Maksud penyelenggaraan upacara
Katiana ini adalah untuk memohon keselamatan ibu, rumah tangga, dan khususnya
keselamatan bayi di dalam kandungan. Dengan upacara ini, bayi di dalam
kandungan diharapkan dapat tumbuh subur, sempurna, dan tidak banyak mengganggu
kesehatan sang ibu. Secara psikologis, upacara ini memberikan pegangan bagi
sang ibu dan seluruh sanak kerabat agar tetap tabah dan kuat menghadapi hal-hal
yang cukup kritis dalam kurun waktu 9 bulan masa kehamilan.
Lalu tradisi Pandungku yaitu,ucapan
syukur setelah panen.Setelah
panen masyarakat Pamona selalu mengadakan ucapan syukur atas berkat kesuksesan
yang di berikan Tuhan Yesus. Meskipun masyarakat Pamona sebagian besar bukan
petani tetapi harus mengadakan ucapan syukur tersebut dan ucapan syukur
tersebut di laksanakan di gereja dan setelah ibadah ucapan syukur setiap orang
bisa berkunjung satu sama lain. Tanpa pengecualian kepada siapa saja akan
berkunjung karena acara tersebut di buat setahun sekali. Makanannya enak-enak
kalau acara besar seperti ini.
Selanjutnya adat perkawinan yang di
gunakan untuk mengatur mas kawin yang di tanggung oleh mempelai laki-laki yang
akan di serahkan kepada orang tua mempelai perempuan, mas kawin tersebut sering
di sebut dengan “Sampapitu”. Nah,
dalam melaksanakan adat perkawinan tersebut masih ada sampai sekarang tradisi
gotong royong atau membantu dalam perkawinan yang biasanya di sebut dengan “Posintuwu”.
Bantuan yang di berikan berupa bahan-bahan makanan, tenaga, uang dan
sebagainya. Wujud bantuan seperti itu atau Posintuwu akan terus ada karena
setiap orang yang sudah di beri Posintuwu akan membalasnya di kemudian hari
jika pemberi suatu hari mengadakan pernikahan.
Ada
lagi upacara pemindahan mayat yang disebut dengan Ndatabe. Jenazah tersebut
disimpan pada tambea (tempat penyimpanan jenazah) sampai menjadi tulang
belulang yang bersih dan letaknya agak jauh terpisah dari penduduk. Bila
jenazah tersebut tinggal tulang belulang, diadakan upacara Mompemate
(memindahkan tulang belutang tersebut ke gua-gua).
Gambar 3.1.3 Makan
khas
(wayawo masapi (woku sogili)
Gambar
3.1.4 Senjata
tradisional suku Pamona
3.2 Nilai-Nilai yang Dapat
Diambil dari Tradisi Suku Pamona
Nilai yang bisa di dapat dari tradisi suku Pamona adalah
masih adanya rasa gotong royong serta tenggang rasa antar masyarakat suku
Pamona, bisa dilihat saat adanya tradisi Katiana, dimana masyarakat saling
berkerja sama untuk menyelenggarakan tradisi tersebut.Serta saat melaksanakan
tradisi Pandungku dimana masyarakat suku Pamona saling berkerjasama untuk
menyiapkan acara tersebut,contohnya secara suka rela menyumbangkan menu masakan
untuk dinikmati bersama. Dan juga adat perkawinan yang masih dilakukan untuk
menjaga tradisi dari nenek monyangnya sampai sekarang,serta upacara adat
peminadahan mayat yang masih dijaga samapai sekarang tradisinya, ini dapat
menarik minat wisatawan asing atau pun domestik untuk melihat upacara adat
tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasaan ini adalah menjadi lebih mengetahui serta menambah
wawasasan tentang adat suku Pamona yang terdapat pada daerah Sulawesi Tengah
ini, menjadi lebih mengetahui mengenai tradisinya, bahasa yang dipakai, agama
yang dianut, serta rumah adatnya yang sudah dibuat pada makalah sebelumnya. Semoga
dengan demikian dapat menarik minat pembaca lainnya untuk lebih ingin
mengetahui adat serta budaya yang terdapat di Indosnesia,khusunya yang terdapat
pada daerah Sulawesi Tengah ini
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.google.com/search?q=pakaian+adat+khas+suku+pamona&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=8cw9VdL4I5CouwTwvoDICA&ved=0CBsQsAQ&biw=1366&bih=667#tbm=isch&q=makanan+khas+suku+pamona, diakses tanggal 18
April, pukul 11.00
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=suku+pamona&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAH&url=http%3A%2F%2Fjaringangin1.blogspot.com%2F2014%2F02%2Fasal-nenek-moyang-suku-pamona.html&ei=KNE9VfWKMM-WuATInoHQBA&usg=AFQjCNGf6Id2qTWvpufcjTo-Xqz0_baccw&bvm=bv.91665533,d.c2E diakses pada tanggal 18 April ,pukul 11.00
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=asal%20usul%20suku%20pamona&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCwQFjAC&url=http%3A%2F%2Fjaringangin1.blogspot.com%2F2014%2F02%2Fasal-nenek-moyang-suku-pamona.html&ei=A749Vd72F4_kuQSYs4G4Ag&usg=AFQjCNGf6Id2qTWvpufcjTo-Xqz0_baccw&bvm=bv.91665533,d.c2E ,diakses pada tanggal 18
April,pukul 11.30
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=filosofi%20adalah&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCYQFjAB&url=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fgedethio%2Fposts%2F458437764225463&ei=iL89Vce4DdPJuASDjIDoCQ&usg=AFQjCNGVGpPs-VanhCso_rRxNi-nKL24rg&bvm=bv.91665533,d.c2E ,diakses pada tanggal 19
April,pukul 14.00
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=filosofi%20kehidupan%20suku%20pamona&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCEQFjAB&url=http%3A%2F%2Fanthojelek.blogspot.com%2F2013_05_01_archive.html&ei=lMA9VeW2MIjguQS3pYDABw&usg=AFQjCNF8CGpl2zGFOVNWA73D3b73A1MXXw&bvm=bv.91665533,d.c2E ,diakses pada tanggal 19
April,pukul 14.00
http://id.wikipedia.org/wiki/Katiana , diakses pada tanggal
19 April 14.00
http://posobersatu.blogspot.com/2008/09/meloa-upacara-sesudah-penguburan-pada.html , diakses pada tanggal
25 April ,pukul 20.00
http://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=9b09VaK_McG4uATWp4DgCQ#q=filosofi+kehidupan+suku+pamona, diakses pada tanggal 25
April ,pukul 20.00
http://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=X8U9Vbf5CYy6uASyz4CoBg#q=tradisi+suku+pamona&start=10 , diakses pada tanggal
25 April,pukul 20.30
http://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=X8U9Vbf5CYy6uASyz4CoBg#q=tradisi+katiana+suku+pamona&spell=1 , diakses pada tanggal
26 April, pukul 08.00
http://anthojelek.blogspot.com/2013_05_01_archive.html, diakses pada tanggal 26
April, pukul 08.00
http://www.google.com/search?q=pakaian+adat+khas+suku+pamona&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=8cw9VdL4I5CouwTwvoDICA&ved=0CBsQsAQ&biw=1366&bih=667#tbm=isch&q=pakaian+kawin+suku+pamona , diakses pada tanggal
26 April,pukul 08.00
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1287/bahasa-pamona-bare-e ,diakses pada tanggal 26
April, pukul 08.00
Salut atas keberanian memulai melakukan penulisan namun mungkin lebih harus belajar lagi agar maksud dan tujuan penulisan sebuah adat istiadat dan kebudayaan bisa terpaparkan dengan jelas dan tidak berputar2 sehingga jangan sampai melanggar adat (puloru)
BalasHapusMenikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography. Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.
BalasHapusHIS Graha Elnusa
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)